15 Maret 2005 12:45:06
Biaya Monitoring kerja jantung yang cukup mahal,kini dapat diatasi dengan adanya EKG kreasi mahasiswa Fisika ITS.
Weip, ITS Online
- EKG mungkin sudah sering kita dengar, tapi banyak masyarakat awam
belum mengetahui pemanfaatannya. Sebenarnya, EKG (Elektro Kardiograf)
merupakan perangkat medis yang digunakan untuk memonitor atau memeriksa
kerja jantung seseorang normal atau tidak. Dan hasil dari pemeriksaan
cara ini biasanya disebut Elektro Kardiogram yang berbentuk grafik.
Dan
untuk diketahui, kerja jantung sangat penting dan labil, tergantung
kondisi seseorang dan obat-obatan yang dikonsumsinya. Maka, bagi seorang
dokter sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, untuk menentukan apakah
kondisi kerja jantung pasien normal atau tidak.Salah satunya, dengan
mendeteksi menggunakan EKG. Kalau hanya sekedar memberikan obat-obatan
dari luar dikuatirkan biasa berefek negatif pada kerja jantung
seseorang.
Kondisi
inilah, yang membuat mahalnya biaya pemeriksaan dengan EKG. Disamping
itu, harga EKG sendiri yang cukup tinggi sekitar 12-50 juta. Alasan
alasan itulah, yang kemudian menginspirasi Taufik Hidayat, mahasiswa
Fisika angkatan `96 untuk membuat EKG yang lebih murah dan efisien,
tetapi tidak menghilangkan aspek akurasi hasil. "Alat ini memang tidak
selengkap EKG yang ada dirumah sakit,tetapi cukup representatif dan
akurat" jelas Taufik yang sekarang menjadi dosen PIKMI ini.
Bagaimana
prinsip kerjanya? Tubuh manusia memiliki potensial listrik, denyut
jantung manusia dapat teramati dengan adanya perubahan potensial listrik
tersebut. Sensor ditempatkan pada lengan tangan dan kaki, karena
ditempat tersebut pulsa potensial denyut dapat menggambarkan kerja
jantung mendekati sebenarnya. Pulsa denyut analog akan dirubah ke pulsa
listrik dengan rangkaian ADC dan kemudian data-data tersebut akan diolah
dengan prosesor yang ada di PC. "Pada prinsipnya, ini hanya mendeteksi
perubahan denyut jantung yang kemudian diubah menjadi data digital,"
jelasnya.
Dengan
prinsip sederhana itu, perangkat EKG buatan Taufik ini relatif lebih
murah dan efisiensi. Oleh karenanya, perangkat ini sedang dikembangkan
dalam bentuk portable, dengan menggunakan mikrokontroller sebagai
pengganti prosesor di PC. "Kami sekarang, mencoba membuat yang
portable," tambahnya.
Sejalan
dengan bermanfaatnya perangkat ini bagi masyarakat. DIRJEN DIKTI
memberikan dana hibah dalam program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM)
periode terakhir untuk tahun ini. "Dana ini,akan digunakan untuk
pengembangan alat menjadi portable dan penambahan beberapa fungsi lagi"
ujar Amar Vijay selaku koordinator pengembangan perangkat ini.
Menurut
rencananya, alat ini juga akan dilengkapi dengan alat ukur suhu tubuh
digital dan pengukur tekanan darah yang portable sehingga cocok untuk
digunakan oleh para dokter yang mobilitasnya tinggi dan klinik-klinik
kecil. Sedangkan untuk yang berbasis pada komputer PC mempunyai
keunggulan dapat menyimpan data dari pasien didalamnya. "Kedua perangkat
yang portable maupun PC ini, hasil grafiknya yang mengerti hanya
paramedic saja" tambah Arief Budiono yang merupakan salah satu dari 6
anggota pembuatan perangkat ini.Disamping itu, juga dibimbing dengan
dokter ahli dan dosen Fisika ITS sendiri.
Sementara,untuk
pematenan perangkat tersebut mereka (tim proyek,red) berharap bantuan
pihak ITS dan pihak ketiga, sambil menunggu dan melihat kedepan mengenai
pendanaan dan pemasaran perangkat tersebut setelah proyek selesai "Saya
berusaha juga untuk mencari pihak ketiga untuk kedepannya" ujar
Dra.Endang S.R ,MT selaku dosen pembimbing yang juga sukses membimbing
mahasiswa Fisika lainnya dalam pembuatan MAUQUTA, jam adzan pertama yang
juga lolos program KAM dua tahun lalu.(m1/rom)
0 komentar: (+add yours?)
Posting Komentar